2
Latest News

Perjalanan Spiritual Ke Pamijahan

Selasa, Juli 28, 2009 , Posted by JELAGA at 20.42

logo1Kehidupan spiritual setiap orang seringkali pasang surut. Adakalanya mengalami kehampaan, sehingga timbul hasrat ingin mengisi kekosongan qalbunya.
Mereka lalu melakukan perjalanan spiritual untuk menemukan kembali jatidiri spiritualnya. Bentuk perjalanan spiritual diantaranya: mondok di pesantren, mengikuti pengajian/tarekat, ziarah ke makam Waliyulloh atau makam-makam keramat. Dalam melakukan perjalanan ini umumnya dibimbing kyai, ulama dan ustadz.

Pada galibnya, tujuan perjalanan mendapatkan pencerahan batin dan semakin merasa dekat dengan Sang Khalik. Setelah pulang diharapkan terjadi perubahan sikap dan perilaku lebih baik. Tentu diiringi derajat kehidupan yang meningkat secara materi maupun spiritual.
Namun tidak jarang orang-orang yang mengikuti perjalanan spiritual tidak mendapatkan sensasi spiritual. Misalnya, merasakan getaran energi selama menjalankan proses ritual. Inilah yang menimbulkan kekecewaan. Sensasi spiritual (sensasi gaib) yang diharapkan tidak muncul. Padahal mereka datang dari jauh dan mengeluarkan biaya.
Pengalaman penulis mengunjungi tempat-tempat keramat/makam Waliyulloh dan menanyakan kepada orang-orang yang riyadhoh memang sering mendapatkan jawaban tidak dapat merasakan sensasi spiritual. Meskipun sudah beberapa hari riyadhoh.

Sekaitan ini penulis menghubungi Haryanto Agus Murdianto guna mencari tahu mengapa tidak muncul sensasi spiritual.

“Tidak hadirnya sensasi spiritual umumnya disebabkan faktor niat dan tingkat kekhusyukan yang kurang. Riyadhoh di tempat keramat harus diiringi kekhusyukan tinggi. Konsentrasi sangat mutlak,” ujarnya.
Lebih jauh dikatakan, makam Syekh Abdul Muhyi di Pamijahan, makam Sunan Gunung Jati atau makam-makam Waliyulloh sebenarnya memiliki getaran energi tinggi. Di tempat semacam itu, aura yang terpancar sangat kuat. Sangat disayangkan jika datang dan melakukan riyadhoh hingga beberapa hari tetapi tidak merasakan getaran energi.

“Kualitas riyadhoh juga berdasarkan hajat dan kebersihan qalbu. Di samping itu, ada aturan-aturan yang harus dilakukan untuk mendapatkan sensasi ini. Orang penakut dapat merasakan getaran energi dan melihat fenomena gaib, asalkan khusyuk dan konsentrasi penuh saat riyadhoh,”katanya.
Meski begitu dia mengingatkan, melihat fenomena gaib di tempat keramat jangan dijadikan tujuan ziarah. Melainkan sebagai pemicu mendapatkan energi hijrah.

“Merasakan sensasi spiritual merupakan pemicu energi hijrah. Pada gilirannya, energi hijrah bertujuan untuk terjadinya hijrah qolbu,” ungkapnya.

Dia mencontohkan, seseorang yang mengalami kesulitan atau keruwetan, entah masalah rumah tangga atau ekonomi, hal ini biasanya akibat perbuatan sendiri yang kurang baik dan tidak tekun menjalankan agama.
Namun suatu saat orang tersebut ingin memperbaiki kualitas hidupnya. Berniat mengubah perilaku yang kurang baik dan menjalankan agama secara kaffah. Kemudian orang ini mengunjungi makam-makam Waliyulloh.

“Apabila orang ini tidak dibimbing secara benar, maka hasilnya tidak maksimal. Sia-sia kedatangannya. Riyadhoh berhari-hari, tetapi tidak tepat menjalankan riyadhoh. Ya, sensasi spiritual tidak muncul,” kilahnya.

Sensasi spiritual dapat mendekatkan keyakinan batiniah dan lebih cepat mendapatkan pencerahan batin. Ini yang memicu energi hijrah atau kekuatan batin mengubah kualitas hidup. Sensasi spiritual memiliki tahapan-tahapan, seperti merasakan getaran energi dalam tubuh, melihat fenomena alam gaib, dll.
Lebih jauh dia menceritakan pengalamannya ziarah ke makam Waliyulloh Syekh Abdul Muhyi di Kompleks Keramat Pamijahan, Tasikmalaya.

“Saat pertama mengunjungi tempat itu, saya tidak merasakan sensasi spiritual. Namun pada kedatangan berikutnya, saya mulai faham. Itu pun ada yang membimbing agar ziarah secara benar. Saya meringkasnya dengan istilah jelajah alam gaib sebagai lentera dunia,” ujarnya tersenyum.

Maksudnya, ziarah ke makam Waliyulloh pada hakekatnya seperti menjelajahi alam gaib. Meskipun secara fisik berada di makam (alam nyata), tetapi mata batin dapat menembus kegaiban. Adapun hikmah pengalaman menjelajahi alam gaib ini dijadikan lentera (lampu) menjalani kehidupan di dunia nyata.
Dia menyarankan, jika berziarah ke Keramat Pamijahan hendaknya tiba sore hari atau saat waktu shalat Ashar. Biasanya peziarah memilih hari Kamis sore (dalam ajaran Islam, Kamis sore terhitung masuk hari Jumat, sehingga disebut sayyidul ayyam/hari paling mulia).

“Ketika memasuki pintu gerbang kompleks, sebenarnya aura kewalian sangat kental. Itu sebabnya, sebelum memasuki areal upayakan hati bersih dari rasa dengki atau dendam terhadap siapapun. Niat dan hajat harus bersih dari unsur kemungkaran,” kilahnya.

Selanjutnya memasuki masjid tidak jauh dari gerbang utama. Luangkan waktu shalat di masjid, termasuk shalat sunat tahiyyatul masjid. Shalat di Masjid Jami ini merupakan titik awal peziarah melakukan perjalanan spiritual. Tetapkan niat memohon kepada Allah SWT agar dapat merasakan kualitas ziarah.
Berada di masjid ini hingga tiba waktu Maghrib. Usai berjamaah Maghrib, peziarah langsung menuju areal makam Syekh Abdul Muhyi.
Makam Syekh Abdul Muhyi
Di sekitar kompleks makam tumbuh pohon besar yang memberi kesan teduh. Suatu kondisi alam yang mendukung kekeramatannya. Di dekat makam ada sebuah masjid pula. Peziarah melalukan shalat Isya berjamaah di sini.

“Usai shalat, biasanya membaca doa dan tawassul. Peziarah harus memiliki buku panduan doa dan tawassul,”kata Anto.

Membaca doa dan tawassul hingga menjelang pukul 22.00 malam. Lalu menuju makam Syekh Abdul Muhyi.

“Di makam Syekh membaca doa-doa, surat Yasin dan Asmaul Husna. Di samping itu, ada pula doa yang harus dibaca yaitu doa pembuka dialog dengan hakekat Sang Wali. Apabila peziarah benar-benar khusyuk, insya Allah getaran energi sudah dapat dirasakan,”lanjutnya.
Pembacaan doa di makam Syekh Abdul Muhyi hingga pukul 0.1 pagi. Setelah itu bergerak ke Goa Safarwadi.
Goa Safarwadi
Goa Safarwadi memiliki 2 pintu. Jalur pintu masuk di tenggara (Kampung Pamijahan) dan pintu keluar di barat laut (Kampung Panyalahan). Adapun panjang goa sekitar 284 meter dan bagian terlebar 24,50 meter.
Dari ujung ke ujung goa jalan masuknya sempit. Namun bagian dalam memiliki ruang cukup luas yang dapat menampung puluhan orang. Sepanjang jalan goa tampak langit-langit dipenuhi stalaktit-stalagmit. Terdapat pula ceruk-ceruk (semacam lekukan di dinding goa). Jalan goa juga merupakan sumber air yang mengalir ke sungai Pamijahan.

Dekat pintu masuk terdapat lorong yang disebut pangtapaan (tempat bertapa) yang menjadi lokasi pertama ziarah di goa. Setelah itu mengunjungi ceruk kecil mengandung mata air yang disebut: zamzam. Peziarah dapat mengambil air dalam botol plastik untuk dibawa pulang. Air karomah ini dipercaya membuat seseorang awet muda, banyak rezeki, dll. Termasuk pula agar selalu kokoh iman Islam.
Perjalanan dilanjutkan ke utara sampai di sebuah lorong dangkal yang disebut cikahuripan (air kehidupan). Air ini diyakini berguna untuk ketentraman keluarga dan dapat menetralisir gangguan jin-jin fasik. Peziarah dianjurkan membaca surat Al Baqoroh ayat 1 sampai 7.
Menurut Anto, sebenarnya saat memasuki lorong goa sudah ada dialog gaib dengan khodam atau pengawal-pengawal gaib Waliyulloh. Karenanya lorong goa ini disebut jalan mistik.

Peziarah harus mengetahui kisah lorong-lorong goa, terutama kisah mistik ceruk-ceruk tersebut. Ceruk merupakan tempat berdoa, namun setiap ceruk memiliki ciri khas tersendiri berkaitan dengan hajat peziarah. Ceruk mengandung getaran energi berbeda.
Ceruk yang ada cukup banyak dan diyakini merupakan tempat Wali Songo melakukan riyadhoh. Seorang Wali melakukan riyadhoh di ceruk yang berbeda. Contoh, ada ceruk kopiah, ceruk pesantren, ceruk Banten, dll. Para Wali melakukan riyadhoh sesuai dengan tantangan kultur pada zamannya.
Dikisahkan, seorang wali mendapat isyaroh membangun sebuah pesantren. Agar hajat terkabul, Sang Wali melakukan riyadhoh di Goa Safarwadi. Posisi atau tempat duduknya (ceruk) saat melakukan riyadhoh ini tentu memiliki energi spiritual yang sesuai dengan hajat utama Sang Wali (biasa disebut ceruk pesantren).

Peziarah yang berhajat ingin mendapatkan ilmu tinggi atau memiliki pesantren (baca: lembaga pendidikan), maka cocok riyadhoh di ceruk pesantren. Sedangkan yang berhajat ingin mendapatkan wibawa tinggi atau jabatan, tentu tidak cocok riyadhoh di ceruk ini. Tempat riyadhoh untuk kekuatan, wibawa adalah di ceruk Banten.

“Ceruk pesantren suasana gaibnya memang mirip pesantren. Ada santri-santri dan kitab-kitab. Bahkan sebenarnya banyak kitab-kitab gaib beterbangan. Seandainya khusyuk berdoa, insya Allah isi dari kitab-kitab tersebut dapat dikuasai. Pada intinya, kita akan memiliki kecerdasan tinggi,” kilahnya.
Terdapat pula lorong besar ke arah barat. Lorong ini memiliki dua cabang ke kiri dan kanan. Pada cabang sebelah kiri (utara) terdapat dua lorong, disebut menara dan jalan ke Mekkah.

Keluar dari lorong dilanjutkan ke lorong utama pada arah utara, yang pada ujungnya terdapat ceruk masjid isteri. Pada lorong ini terbentang dua cabang besar membentuk sayap timur dan barat, yaitu jalan ke Surabaya dan jalan ke Cirebon. Sedangkan lorong paling barat adalah jalan ke Banten.
Peziarah yang berhajat pergi haji, namun belum memiliki biaya cukup, biasanya melakukan riyadhoh di lorong menara dan jalan ke Mekkah. Konon, apabila para Waliyulloh hendak ke Tanah Suci secara gaib melakukan riyadhoh di lorong ini. Adapun jalan ke Surabaya, jalan ke Cirebon dan jalan ke Banten, terkait dengan tugas yang dibebankan kepada para Wali dalam melakukan syiar Islam.

Ceruk masjid isteri tergolong unik. Tempat ini dikhususkan bagi kaum wanita yang melakukan riyadhoh.

“Kaum wanita yang memiliki hajat sebaiknya riyadhoh di ceruk ini. Gaib di sini memang dari jenis jin perempuan,” katanya.
Kembali ke jalur utama goa, perjalanan dilanjutkan ke arah barat. Pada bagian sebelah utara terdapat ceruk cikajayaan dan kemudian ceruk yang disebut tiang masjid Madinah. Ini merupakan ujung lorong goa yang berada di Kampung Panyalahan.
Banyaknya ceruk menggambarkan jejak Waliyulloh dalam memohon kekuatan batin dari Allah SWT demi kepentingan syiar Islam. Waliyulloh memilih goa sebagai tempat riyadhoh semata-semata mengikuti Sunnah Rasulullah SAW.
Sebagaimana diketahui, Nabi Muhammad SAW melakukan riyadhoh pertama di Goa Hiro. Di goa ini Beliau mendapatkan wahyu pertama. Itulah yang mengilhami Waliyulloh mengikuti jejak Rasul.

Peziarah sebaiknya keluar dari goa menjelang shalat shubuh agar dapat melakukan shalat berjamaah.
Saat fajar, peziarah dapat menyempatkan diri ziarah ke makam Syekh Khotib Muwahid. Setelah itu, beristirahat secukupnya di rumah penduduk yang dijadikan tempat penginapan.

“Saat tiba waktu zhuhur, peziarah sudah harus bersiap-siap shalat berjamaah. Dilanjutkan ziarah ke makam-makam lain. Jika merasa belum mendapatkan sensasi spiritual, maka dapat melakukan proses ritual yang sama pada malam berikutnya,”sarannya.
Anto mengungkapkan, mengakses makam Waliyulloh, khususnya Pamijahan, sesungguhnya merupakan representasi permohonan atas perubahan nasib seseorang. Tentu peziarah memang berkeinginan mendapatkan sensasi spiritual yang berkualitas.
Dengan kata lain, apabila berhasil mengalami sensasi spiritual, maka insya Allah hajat yang diinginkan terkabul. Inilah nikmatnya menjelajahi alam gaib di alam nyata.
Agus Siswanto

IKUTI JELAJAH ALAM GAIB
BERSAMA TIM JELAGA
HUB: ANTO (021.99509915)
AGUS (081350491521)

Currently have 1 komentar:

  1. Faiz says:

    Assalamualaikum kang... Boleh minta kontak nara sumber???

    Muhamad faiz al Afify
    Bandung