2
Latest News
Tampilkan postingan dengan label budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label budaya. Tampilkan semua postingan

JEJAK MISTIK PULAU KUMALA

Posted by JELAGA on Sabtu, Agustus 01, 2009 , under , , , , , , , | komentar (0)




Pulau Kumala terletak di tengah sungai Mahakam. Merupakan taman rekreasi perpaduan teknologi modern dan budaya tradisional. Pulau seluas 81,727 ha ini sudah dilengkapi beberapa fasilitas seperti sky tower setinggi 100 meter dan kereta gantung yang menghubungkan dengan wilayah seberang sungai Mahakam. Pulau Kumala juga dilengkapi hotel dan cottage.
Sebelum dibangun menjadi taman wisata, pulau itu hanyalah sebuah hutan di tengah sungai yang ditumbuhi tanaman liar, pepohonan lebat dan binatang-binatang liar. Apabila sungai Mahakam meluap, pulau ini kerap tenggelam.

Hal yang mendasari ide pembuatan Pulau Kumala tersebut antara lain, terjadinya pendangkalan muara sungai Tenggarong dan harus dikeruk agar kapal yang melewati sungai Mahakam tidak kandas. Hasil kerukan tersebutlah yang dijadikan material utama penimbunan Pulau Kumala yang berawa akibat naiknya permukaan air.

Pembangunan Pulau Kumala itu sendiri ditangani kontraktor lokal dengan konsultan dari Jakarta. Pembangunannya diawali dengan pengerukan yang menggunakan material pasir sebanyak 1.5 juta meter kubik.
Langkah berikutnya adalah pemasangan turap pada sekeliling tepian Pulau Kumala. Sehingga luas areal Pulau Kumala yang semula 76 ha, setelah penurapan menjadi 81,727 ha. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan jalan dan pemasangan listrik.

Pulau Kumala dibuka pada bulan September 2002, bersamaan pesta perayaan Erau. Selanjutnya dibangun pula kereta gantung, lamin mancong (rumah panjang: rumah adat Dayak), lamin wahau, lamin beyoq, air mancur, sky tower, rumah puja, patung lembusuana, hotel serta gerbang utama. Untuk memasuki area taman rekreasi, pengunjung dikenakan tarif sebesar Rp 2.000 untuk sekali masuk, sementara untuk menikmati wahana yang berada di taman rekreasi ini tarifnya bervariasi antara Rp 1.500 s/d Rp 10.000 untuk satu permainan. Ada sekitar sepuluh sarana permainan yang bisa dinikmati, seperti jet clotser, bombom car, komedi putar dan gocart.

Sekitar bulan Juli tahun 2007 lalu, penulis berkunjung ke Pulau Kumala. Sambil menikmati keindahannya, tidak lupa penulis mencari tahu jejak mistis pulau buatan ini.
Seorang pekerja proyek yang penulis jumpai mengungkapkan, dirinya pernah melihat penampakan di sekitar cottage. Menurutnya, penampakan makhluk besar sejenis genderuwo sering terlihat di sana.

“Saya melihat makhluk tinggi besar dan hitam di dekat cottage,” katanya kepada penulis.

Lebih jauh dia mengatakan, malam itu dia bermaksud ke cottage menemui temannya. Tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat melihat sosok tinggi besar berada diantara kerimbunan pohon. Karuan saja dia lari tunggang langgang.

“Makhluk genderuwo itu bukan saya saja yang pernah melihatnya. Pengunjung juga sering melihatnya,” lanjutnya.

Sementara seorang pekerja proyek lainnya mengaku melihat sosok perempuan cantik di turap tidak jauh dari gerbang masuk.

“Perempuan itu duduk sendirian di turap,” ujarnya mengenang.
“Saya menduga dia pengunjung pulau ini. Ketika saya mendekatinya, ternyata malah menghilang,” katanya lagi.

Dalam kunjungan ke Pulau Kumala ini, penulis ditemani seorang rekan yang dipanggil Julag. Dia adalah koordinator perahu ketinting (perahu motor kecil) yang biasa digunakan untuk membawa wisatawan ke Pulau Kumala. Julag mengaku sering mendengar cerita-cerita mistik.

“Maklumlah, jauh sebelum adanya tempat wisata ini, Pulau Kumala memang menjadi hunian gaib,” ujarnya kepada penulis. Menurut Julag, beberapa tahun lalu ada seseorang mengalami peristiwa yang tergolong aneh di sini.

Dikisahkan, pria bernama Amir itu biasa berkebun di Pulau Kumala. Suatu hari, ketika sedang sibuk mengurusi kebunnya, tiba-tiba Amir melihat sebuah goa. Sebelumnya, dia tidak pernah menjumpai goa di pulau ini.
Dengan perasaan heran bercampur takut, Amir pun memasuki goa tersebut. Sesampainya di dalam goa, entah kenapa, dia merasa seolah-olah berada di dalam kabin kapal. Di dalamnya terdapat lorong, palka, ruang mesin dan kamar-kamar.

Dalam keremangan cahaya, Amir terus saja melangkah diantara lorong dan kamar-kamar tersebut. Beberapa saat kemudian, dia terkejut mendengar suara-suara orang berbicara di salah satu sudut kamar. Bahasanya terdengar asing.

Kemudian Amir memberanikan diri mengetuk pintu kamar tersebut. Tetapi tidak ada jawaban. Dia pun mencoba membukanya.
Amir tersentak kaget melihat sosok yang ada di dalamnya. Tampak 3-4 orang pria berwajah bule mengenakan pakaian mirip seragam sedang berbincang di kamar itu. Mereka lalu menatap Amir dengan tatapan hampa. Tiba-tiba, salah seorang diantara pria itu menyapa Amir.

“Mari sini. Silahkan masuk,” kata pria asing itu dengan suara lembut sambil melambaikan tangan.

Amir menghampiri dan duduk diantara mereka. Selanjutnya, 3 atau 4 orang itu kembali berbicara dengan bahasa yang tidak dimengerti. Sementara Amir hanya diam saja sambil memperhatikan. Dalam penglihatan Amir, wajah dan postur orang-orang itu mirip orang asing, mungkin Eropa.
Tetapi mengapa mereka ada di sini? Pikir Amir.
Anehnya lagi, mereka seolah tidak peduli dengan kehadiran Amir.

Manusia-manusia tak dikenal itu membiarkan saja dirinya diam terpaku.
Entah berapa lama Amir berada diantara mereka, tiba-tiba saja matanya terasa berat. Dia pun tertidur. Amir baru terbangun karena ada temannya yang membangunkan.

“Ternyata Amir terbaring tidur di dekat kebunnya. Tapi temannya itu tidak curiga sedikitpun,” kata Julag mengakhiri ceritanya. Menurut Julag, saat Amir menceritakan pengalamannya di goa tadi, nyaris tidak ada yang percaya. Padahal Amir merasa yakin berada di dalam sebuah kapal asing. Bahkan dia bisa menceritakan secara detail isi kapal tersebut.
Mungkinkah itu kapal yang pernah tenggelam beberapa ratus tahun lalu?

Begitu lamanya kapal itu tenggelam, hingga tertutup tanah yang berasal dari hulu sungai Mahakam. Ratusan tahun kemudian, karena berada dekat muara, kapal karam itu tentulah tertutup tanah yang kemudian membentuk menjadi Pulau Kumala
Kisah tersebut tentu saja sulit dibuktikan kebenarannya. Tapi begitulah cerita yang penulis dapatkan.

Insiden Tenggarong
Sejarah mencatat adanya peperangan antara Kesultanan Kutai Kartanegara melawan kaum penjajah (Inggris dan Belanda). Dikisahkan, pada tahun 1844, 2 buah kapal dagang pimpinan James Erskine Murray asal Inggris memasuki perairan Tenggarong. Murray datang ke Kutai untuk berdagang dan meminta sebidang tanah guna mendirikan pos dagang serta hak transportasi kapal di perairan Mahakam. Tetapi Raja Kutai, Sultan A.M. Salehuddin, mengizinkan Murray berdagang hanya di wilayah Samarinda.

Murray kecewa dan marah dengan tawaran Sultan. Setelah beberapa hari di perairan Tenggarong, Murray melepaskan tembakan meriam ke arah istana. Tindakan ini dibalas pasukan Kesultanan Kutai. Pertempuran pun tak dapat dihindari. Armada pimpinan Murray akhirnya kalah dan melarikan diri menuju laut. Sebuah kapal berhasil ditenggelamkan. Dalam pertempuran itu, James Erskine Murray terbunuh.

Insiden di Tenggarong ini sampai ke pihak Pemerintah Inggris. Sebenarnya Inggris hendak melakukan serangan balasan, namun ditanggapi pihak Belanda yang menganggap Kutai bagian dari wilayah jajahannya. Belanda berniat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan caranya sendiri.

Kemudian Belanda mengirimkan armadanya dibawah komando De Hooft dengan membawa persenjataan lengkap. Setibanya di Tenggarong, armada De Hooft langsung menyerang istana Sultan Kutai.

Sultan A.M. Salehuddin pun diungsikan ke Kota Bangun. Panglima perang Kesultanan Kutai, Awang Long gelar Pangeran Senopati bersama pasukannya dengan gagah berani bertempur melawan armada De Hooft untuk mempertahankan kehormatan Kesultanan. Tetapi Awang Long gugur dalam pertempuran tersebut dan Kesultanan Kutai Kartanegara akhirnya kalah.

Pada tanggal 11 Oktober 1844, Sultan A.M. Salehuddin dengan sangat terpaksa menandatangani perjanjian dengan Belanda yang menyatakan Sultan mengakui pemerintahan Hindia Belanda dan mematuhi pemerintah jajahan di Kalimantan. Ketika itu diwakili seorang Residen yang berkedudukan di Banjarmasin.
AGUS SISWANTO


Perjalanan Spiritual Ke Pamijahan

Posted by JELAGA on Selasa, Juli 28, 2009 , under , , , , , , , | komentar (1)



logo1Kehidupan spiritual setiap orang seringkali pasang surut. Adakalanya mengalami kehampaan, sehingga timbul hasrat ingin mengisi kekosongan qalbunya.
Mereka lalu melakukan perjalanan spiritual untuk menemukan kembali jatidiri spiritualnya. Bentuk perjalanan spiritual diantaranya: mondok di pesantren, mengikuti pengajian/tarekat, ziarah ke makam Waliyulloh atau makam-makam keramat. Dalam melakukan perjalanan ini umumnya dibimbing kyai, ulama dan ustadz.

Pada galibnya, tujuan perjalanan mendapatkan pencerahan batin dan semakin merasa dekat dengan Sang Khalik. Setelah pulang diharapkan terjadi perubahan sikap dan perilaku lebih baik. Tentu diiringi derajat kehidupan yang meningkat secara materi maupun spiritual.
Namun tidak jarang orang-orang yang mengikuti perjalanan spiritual tidak mendapatkan sensasi spiritual. Misalnya, merasakan getaran energi selama menjalankan proses ritual. Inilah yang menimbulkan kekecewaan. Sensasi spiritual (sensasi gaib) yang diharapkan tidak muncul. Padahal mereka datang dari jauh dan mengeluarkan biaya.
Pengalaman penulis mengunjungi tempat-tempat keramat/makam Waliyulloh dan menanyakan kepada orang-orang yang riyadhoh memang sering mendapatkan jawaban tidak dapat merasakan sensasi spiritual. Meskipun sudah beberapa hari riyadhoh.

Sekaitan ini penulis menghubungi Haryanto Agus Murdianto guna mencari tahu mengapa tidak muncul sensasi spiritual.

“Tidak hadirnya sensasi spiritual umumnya disebabkan faktor niat dan tingkat kekhusyukan yang kurang. Riyadhoh di tempat keramat harus diiringi kekhusyukan tinggi. Konsentrasi sangat mutlak,” ujarnya.
Lebih jauh dikatakan, makam Syekh Abdul Muhyi di Pamijahan, makam Sunan Gunung Jati atau makam-makam Waliyulloh sebenarnya memiliki getaran energi tinggi. Di tempat semacam itu, aura yang terpancar sangat kuat. Sangat disayangkan jika datang dan melakukan riyadhoh hingga beberapa hari tetapi tidak merasakan getaran energi.

“Kualitas riyadhoh juga berdasarkan hajat dan kebersihan qalbu. Di samping itu, ada aturan-aturan yang harus dilakukan untuk mendapatkan sensasi ini. Orang penakut dapat merasakan getaran energi dan melihat fenomena gaib, asalkan khusyuk dan konsentrasi penuh saat riyadhoh,”katanya.
Meski begitu dia mengingatkan, melihat fenomena gaib di tempat keramat jangan dijadikan tujuan ziarah. Melainkan sebagai pemicu mendapatkan energi hijrah.

“Merasakan sensasi spiritual merupakan pemicu energi hijrah. Pada gilirannya, energi hijrah bertujuan untuk terjadinya hijrah qolbu,” ungkapnya.

Dia mencontohkan, seseorang yang mengalami kesulitan atau keruwetan, entah masalah rumah tangga atau ekonomi, hal ini biasanya akibat perbuatan sendiri yang kurang baik dan tidak tekun menjalankan agama.
Namun suatu saat orang tersebut ingin memperbaiki kualitas hidupnya. Berniat mengubah perilaku yang kurang baik dan menjalankan agama secara kaffah. Kemudian orang ini mengunjungi makam-makam Waliyulloh.

“Apabila orang ini tidak dibimbing secara benar, maka hasilnya tidak maksimal. Sia-sia kedatangannya. Riyadhoh berhari-hari, tetapi tidak tepat menjalankan riyadhoh. Ya, sensasi spiritual tidak muncul,” kilahnya.

Sensasi spiritual dapat mendekatkan keyakinan batiniah dan lebih cepat mendapatkan pencerahan batin. Ini yang memicu energi hijrah atau kekuatan batin mengubah kualitas hidup. Sensasi spiritual memiliki tahapan-tahapan, seperti merasakan getaran energi dalam tubuh, melihat fenomena alam gaib, dll.
Lebih jauh dia menceritakan pengalamannya ziarah ke makam Waliyulloh Syekh Abdul Muhyi di Kompleks Keramat Pamijahan, Tasikmalaya.

“Saat pertama mengunjungi tempat itu, saya tidak merasakan sensasi spiritual. Namun pada kedatangan berikutnya, saya mulai faham. Itu pun ada yang membimbing agar ziarah secara benar. Saya meringkasnya dengan istilah jelajah alam gaib sebagai lentera dunia,” ujarnya tersenyum.

Maksudnya, ziarah ke makam Waliyulloh pada hakekatnya seperti menjelajahi alam gaib. Meskipun secara fisik berada di makam (alam nyata), tetapi mata batin dapat menembus kegaiban. Adapun hikmah pengalaman menjelajahi alam gaib ini dijadikan lentera (lampu) menjalani kehidupan di dunia nyata.
Dia menyarankan, jika berziarah ke Keramat Pamijahan hendaknya tiba sore hari atau saat waktu shalat Ashar. Biasanya peziarah memilih hari Kamis sore (dalam ajaran Islam, Kamis sore terhitung masuk hari Jumat, sehingga disebut sayyidul ayyam/hari paling mulia).

“Ketika memasuki pintu gerbang kompleks, sebenarnya aura kewalian sangat kental. Itu sebabnya, sebelum memasuki areal upayakan hati bersih dari rasa dengki atau dendam terhadap siapapun. Niat dan hajat harus bersih dari unsur kemungkaran,” kilahnya.

Selanjutnya memasuki masjid tidak jauh dari gerbang utama. Luangkan waktu shalat di masjid, termasuk shalat sunat tahiyyatul masjid. Shalat di Masjid Jami ini merupakan titik awal peziarah melakukan perjalanan spiritual. Tetapkan niat memohon kepada Allah SWT agar dapat merasakan kualitas ziarah.
Berada di masjid ini hingga tiba waktu Maghrib. Usai berjamaah Maghrib, peziarah langsung menuju areal makam Syekh Abdul Muhyi.
Makam Syekh Abdul Muhyi
Di sekitar kompleks makam tumbuh pohon besar yang memberi kesan teduh. Suatu kondisi alam yang mendukung kekeramatannya. Di dekat makam ada sebuah masjid pula. Peziarah melalukan shalat Isya berjamaah di sini.

“Usai shalat, biasanya membaca doa dan tawassul. Peziarah harus memiliki buku panduan doa dan tawassul,”kata Anto.

Membaca doa dan tawassul hingga menjelang pukul 22.00 malam. Lalu menuju makam Syekh Abdul Muhyi.

“Di makam Syekh membaca doa-doa, surat Yasin dan Asmaul Husna. Di samping itu, ada pula doa yang harus dibaca yaitu doa pembuka dialog dengan hakekat Sang Wali. Apabila peziarah benar-benar khusyuk, insya Allah getaran energi sudah dapat dirasakan,”lanjutnya.
Pembacaan doa di makam Syekh Abdul Muhyi hingga pukul 0.1 pagi. Setelah itu bergerak ke Goa Safarwadi.
Goa Safarwadi
Goa Safarwadi memiliki 2 pintu. Jalur pintu masuk di tenggara (Kampung Pamijahan) dan pintu keluar di barat laut (Kampung Panyalahan). Adapun panjang goa sekitar 284 meter dan bagian terlebar 24,50 meter.
Dari ujung ke ujung goa jalan masuknya sempit. Namun bagian dalam memiliki ruang cukup luas yang dapat menampung puluhan orang. Sepanjang jalan goa tampak langit-langit dipenuhi stalaktit-stalagmit. Terdapat pula ceruk-ceruk (semacam lekukan di dinding goa). Jalan goa juga merupakan sumber air yang mengalir ke sungai Pamijahan.

Dekat pintu masuk terdapat lorong yang disebut pangtapaan (tempat bertapa) yang menjadi lokasi pertama ziarah di goa. Setelah itu mengunjungi ceruk kecil mengandung mata air yang disebut: zamzam. Peziarah dapat mengambil air dalam botol plastik untuk dibawa pulang. Air karomah ini dipercaya membuat seseorang awet muda, banyak rezeki, dll. Termasuk pula agar selalu kokoh iman Islam.
Perjalanan dilanjutkan ke utara sampai di sebuah lorong dangkal yang disebut cikahuripan (air kehidupan). Air ini diyakini berguna untuk ketentraman keluarga dan dapat menetralisir gangguan jin-jin fasik. Peziarah dianjurkan membaca surat Al Baqoroh ayat 1 sampai 7.
Menurut Anto, sebenarnya saat memasuki lorong goa sudah ada dialog gaib dengan khodam atau pengawal-pengawal gaib Waliyulloh. Karenanya lorong goa ini disebut jalan mistik.

Peziarah harus mengetahui kisah lorong-lorong goa, terutama kisah mistik ceruk-ceruk tersebut. Ceruk merupakan tempat berdoa, namun setiap ceruk memiliki ciri khas tersendiri berkaitan dengan hajat peziarah. Ceruk mengandung getaran energi berbeda.
Ceruk yang ada cukup banyak dan diyakini merupakan tempat Wali Songo melakukan riyadhoh. Seorang Wali melakukan riyadhoh di ceruk yang berbeda. Contoh, ada ceruk kopiah, ceruk pesantren, ceruk Banten, dll. Para Wali melakukan riyadhoh sesuai dengan tantangan kultur pada zamannya.
Dikisahkan, seorang wali mendapat isyaroh membangun sebuah pesantren. Agar hajat terkabul, Sang Wali melakukan riyadhoh di Goa Safarwadi. Posisi atau tempat duduknya (ceruk) saat melakukan riyadhoh ini tentu memiliki energi spiritual yang sesuai dengan hajat utama Sang Wali (biasa disebut ceruk pesantren).

Peziarah yang berhajat ingin mendapatkan ilmu tinggi atau memiliki pesantren (baca: lembaga pendidikan), maka cocok riyadhoh di ceruk pesantren. Sedangkan yang berhajat ingin mendapatkan wibawa tinggi atau jabatan, tentu tidak cocok riyadhoh di ceruk ini. Tempat riyadhoh untuk kekuatan, wibawa adalah di ceruk Banten.

“Ceruk pesantren suasana gaibnya memang mirip pesantren. Ada santri-santri dan kitab-kitab. Bahkan sebenarnya banyak kitab-kitab gaib beterbangan. Seandainya khusyuk berdoa, insya Allah isi dari kitab-kitab tersebut dapat dikuasai. Pada intinya, kita akan memiliki kecerdasan tinggi,” kilahnya.
Terdapat pula lorong besar ke arah barat. Lorong ini memiliki dua cabang ke kiri dan kanan. Pada cabang sebelah kiri (utara) terdapat dua lorong, disebut menara dan jalan ke Mekkah.

Keluar dari lorong dilanjutkan ke lorong utama pada arah utara, yang pada ujungnya terdapat ceruk masjid isteri. Pada lorong ini terbentang dua cabang besar membentuk sayap timur dan barat, yaitu jalan ke Surabaya dan jalan ke Cirebon. Sedangkan lorong paling barat adalah jalan ke Banten.
Peziarah yang berhajat pergi haji, namun belum memiliki biaya cukup, biasanya melakukan riyadhoh di lorong menara dan jalan ke Mekkah. Konon, apabila para Waliyulloh hendak ke Tanah Suci secara gaib melakukan riyadhoh di lorong ini. Adapun jalan ke Surabaya, jalan ke Cirebon dan jalan ke Banten, terkait dengan tugas yang dibebankan kepada para Wali dalam melakukan syiar Islam.

Ceruk masjid isteri tergolong unik. Tempat ini dikhususkan bagi kaum wanita yang melakukan riyadhoh.

“Kaum wanita yang memiliki hajat sebaiknya riyadhoh di ceruk ini. Gaib di sini memang dari jenis jin perempuan,” katanya.
Kembali ke jalur utama goa, perjalanan dilanjutkan ke arah barat. Pada bagian sebelah utara terdapat ceruk cikajayaan dan kemudian ceruk yang disebut tiang masjid Madinah. Ini merupakan ujung lorong goa yang berada di Kampung Panyalahan.
Banyaknya ceruk menggambarkan jejak Waliyulloh dalam memohon kekuatan batin dari Allah SWT demi kepentingan syiar Islam. Waliyulloh memilih goa sebagai tempat riyadhoh semata-semata mengikuti Sunnah Rasulullah SAW.
Sebagaimana diketahui, Nabi Muhammad SAW melakukan riyadhoh pertama di Goa Hiro. Di goa ini Beliau mendapatkan wahyu pertama. Itulah yang mengilhami Waliyulloh mengikuti jejak Rasul.

Peziarah sebaiknya keluar dari goa menjelang shalat shubuh agar dapat melakukan shalat berjamaah.
Saat fajar, peziarah dapat menyempatkan diri ziarah ke makam Syekh Khotib Muwahid. Setelah itu, beristirahat secukupnya di rumah penduduk yang dijadikan tempat penginapan.

“Saat tiba waktu zhuhur, peziarah sudah harus bersiap-siap shalat berjamaah. Dilanjutkan ziarah ke makam-makam lain. Jika merasa belum mendapatkan sensasi spiritual, maka dapat melakukan proses ritual yang sama pada malam berikutnya,”sarannya.
Anto mengungkapkan, mengakses makam Waliyulloh, khususnya Pamijahan, sesungguhnya merupakan representasi permohonan atas perubahan nasib seseorang. Tentu peziarah memang berkeinginan mendapatkan sensasi spiritual yang berkualitas.
Dengan kata lain, apabila berhasil mengalami sensasi spiritual, maka insya Allah hajat yang diinginkan terkabul. Inilah nikmatnya menjelajahi alam gaib di alam nyata.
Agus Siswanto

IKUTI JELAJAH ALAM GAIB
BERSAMA TIM JELAGA
HUB: ANTO (021.99509915)
AGUS (081350491521)