2
Latest News
Tampilkan postingan dengan label tasawuf. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tasawuf. Tampilkan semua postingan

Pesona Aura Dengan Menghidupkan 6 Titik Zikir Dalam Tubuh

Posted by JELAGA on Jumat, Agustus 07, 2009 , under , , , , | komentar (0)




Aura dipandang sebagai sebuah pancaran energi di wajah seseorang. Meski sebenarnya aura melingkupi seluruh tubuh. Aura cenderung berubah-ubah mengikuti kondisi mental seseorang. Secara umum warna aura bisa merah, hitam, kuning, biru, dll. Terkadang aura seseorang terbentuk dari kombinasi warna-warna tersebut.

Contoh, seseorang yang sedang kesulitan ekonomi, maka cenderung auranya hitam. Tapi apabila terdapat sedikit aura biru, menunjukkan orang tersebut masih berpeluang bangkit kembali usahanya.

Di samping itu, seseorang berkulit putih bisa saja memiliki aura gelap dan kusam. Sebaliknya, berkulit hitam seringkali memancarkan aura cerah, terang dan sedap dipandang.

“Tetapi tidak mudah melihat atau mendeteksi aura, bahkan kita dapat tertipu dengan penampilan seseorang,” kata Surmino, 36 tahun, spiritualis asal Pandeglang, Jawa Barat.

Dia mencontohkan, seorang pria macho, berpenampilan menarik dan pandai bicara, seringkali berhasil memperdaya kaum wanita. Padahal, jika dideteksi aura pria tersebut bisa saja memancarkan warna buruk.

“Seseorang yang berniat jelek dan sudah dalam tahap hendak melakukan perbuatan jeleknya itu, juga bisa terlihat dari pancaran auranya,” ujarnya. Sejauh ini, deteksi aura melalui fotografi dapat dilakukan atau yang dikenal dengan istilah fotografi Kyrlian, lanjutnya.

Lebih jauh dikatakan, keadaan mental atau psikis yang memperburuk pancaran aura seseorang bermacam-macam, seperti: kesulitan ekonomi, frustasi, patah hati, tidak percaya diri, dll. Apabila tidak segera diperbaiki, akan mempengaruhi dinamika hidup orang tersebut.

Upaya untuk menimbulkan pesona aura agar tampak lebih cerah, terang, tajam dan bercahaya ini sesungguhnya tidak terlalu sulit bagi yang mau berusaha. Surmino mengungkap rahasia dibalik pesona aura ini.

“Alam semesta ini mengandung energi kosmis yang dapat mempengaruhi aura seseorang. Bisa terjadi gesekan yang dapat menurunkan pancaran aura. Namun juga mengandung energi yang dapat memperbagus pesona aura,”ujar Surmino.

“Langkah apa yang pertama harus dilakukan,” tanya penulis.

“Positive thingking atau berpikiran positif dalam menghadapi semua persoalan hidup. Juga selalu berprasangka baik kepada Tuhan, karena Tuhan mengikuti persangkaan hambaNya,” jawab Surmino.

Selanjutnya dikatakan, berpikir positif merupakan dasar utama seseorang yang ingin memperbaiki pesona auranya. Misalkan, ketika sedang dilanda frustasi karena belum mendapatkan pekerjaan, maka upayakan terus berpikir positif bahwa suatu saat akan mendapatkan pekerjaan.

“Berpikir positif ini berlaku untuk semua kondisi apapun yang dihadapi, Ini akan mempengaruhi energi kosmis,” tegas spiritualis Surmino.

ZIKRULLAH

Menurutnya, apabila sudah terbiasa dengan berpikir positif, langkah berikutnya adalah mengumpulkan energi kosmis yang bersifat positif ke dalam tubuh. Upaya ini dapat dilakukan melalui zikir.

“Zikrullah dapat mengubah aura buruk menjadi bagus, “kilah Surmino.

Pakar pembacaan aura ini menjelaskan bahwa di dalam tubuh seseorang terdapat 6 titik zikir yaitu lathifatul qolb, lathifatul sirr, lathifatul khofi, lathifatul agfha, latifatul nafs dan lathifatul ruh. Keenam titik yang bersifat ghoib ini harus dihidupkan melalui zikir yang dibimbing oleh seorang Mursyid.

Melalui proses latihan yang rutin dan bertahap, maka keenam titik ini akan hidup. Ciri utama titik ini telah hidup yaitu adanya semacam getaran atau kedutan yang agak lama di bagian titik-titik zikir tersebut. Apabila sudah sampai dalam taraf ini, maka secara otomatis pesona auranya akan menjadi lebih bagus.

“Cukup satu saja titik zikir dalam tubuh hidup, maka aura seseorang dengan sendirinya terpancar lebih tajam dan bagus. Apalagi jika semua titik zikir tersebut telah hidup,” kata Surmino.

Dia menambahkan, zikir semacam ini biasa dilakukan dalam kelompok sufi atau tarekat-tarekat, seperti Tarekat Naqsyabandiyah-Qodiriah. Itulah sebabnya, dibutuhkan seorang pembimbing agar lebih cepat mendapatkan hasil.

Meski begitu, Surmino mengingatkan, makhluk gaib atau khodam juga bisa berperan dalam mengubah aura seseorang, tetapi bersifat manipulatif dan sementara. Contohnya, dengan memasang susuk (baik susuk emas, berlian, dll)

“Aura bisa terlihat bagus karena adanya pengaruh khodam tertentu dari susuk yang dipasang dalam tubuh. Tetapi cenderung tidak bertahan lama dan mudah diketahui orang. Sebaiknya dengan zikrullah saja. Sebab mendapatkan pahala dari Allah SWT dan bertahan lebih lama,” sarannya.

“Manfaat memiliki pesona aura yang bagus sangat besar. Selain dapat mengenal jatidiri, mudah diterima dalam pergaulan, juga lebih mendekatkan rezeki,” katanya menutup pembicaraan.
Surmino: 087881908866
AGUS SISWANTO

Tasawuf Sebagai Paradigma Baru Sains

Posted by JELAGA on Rabu, Juli 29, 2009 , under , , | komentar (0)




Spiritualisme pernah menduduki posisi terendah dalam sains modern. Hal itu karena sains berpijak pada fakta yang terindera dan disahkan oleh rasio (akal). Sedangkan spiritualisme menitik beratkan pada aspek batiniah, sesuatu yang tidak akan pernah terjangkau laboratorium tercanggih manapun. Meski begitu, kini saintis mulai melirik bentuk-bentuk spiritual untuk melengkapi kekurangan pada sains fisis.

Kegagalan saintis menemukan obat HIV/AIDS, terapi paling manjur bagi penderita kecanduan narkoba dan beragam penyakit baik jasmani maupun rohani, mendorong mereka mengkaji secara lebih intensif perilaku spiritual yang nota bene non ilmiah. Begitupun di bidang fisika, terori-teori atau sekedar postulat ilmiah hingga kini masih belum menemukan kesatuan hukum yang lebih niversal.

Sudah bukan rahasia lagi kalau spiritualis (ahli spiritual) tempo dulu dikenal memiliki reputasi tinggi di bidang sains. Misalnya saja hasil karya arsitektur seperti Piramida, Candi Borobudur, Candi Angkor Wat, Taj Mahal, dan masijid-masjid peninggalan para wali. Semuanya menggambarkan betapa arsitek dulu mampu berkarya besar tanpa kehilangan dimensi spiritualnya.

Dalam dunia kedokteran, tabib-tabib Cina dikenal karena kemampuannya meracik obat dari akar tumbuhan. Bahkan bentuk pengobatan akupunktur dan bekam (hijamah) hingga kini masih dijalankan di dunia modern. Umumnya tabib-tabib itu berprofesi pula sebagai spiritualis.

Dunia spiritual yang pernah berjaya membawa bangsa-bangsa tempo dulu mencapai peradaban tinggi, sekarang mendapat perhatian kembali. Salah satu diantaranya adalah: Tasawuf.

Selama ini tasawuf dikenal sebagai salah satu laku batin dengan tujuan kebersihan hati, memupuk akhlak dan budi pekerti yang baik dan mencari keridhoan Allah SWT. Melatih sifat-sifat sabar, syukur, ridho, tawakal dan seluruh sifat terpuji yang berkaitan dengan jasmani dan rohani.

Dimensi spiritualnya terangkum dalam cara peribadatannya seperti shalat, puasa, zikir, wirid, tafakur, muraqabah, mujahadah, mukasyafah dll. Namun yang menjadi titik perhatian para saintis adalah tasawuf sebagai paradigma dalam pencarian sumber pengetahuan yang hakiki.

Ada berbagai macam sumber pengetahuan yaitu: rasio empiris, intuisi, dan ilham. Mereka yang menganggap bahwa rasio adalah sumber pengetahuan yang dapat dipercaya di sebut: rasionalisme. Sedangkan mereka yang menekankan bahwa pengalamanlah (riset) yang menjadi sumber pengetahuan disebut: empirisme. Keduanya berpijak pada sikap skeptisisme (ragu-ragu) dengan menggunakan metode dedukatif dan indukatif. Adapun intuisi merupakan sumber pengetahuan yang didapat secara tiba-tiba tanpa proses pemikiran (rasio) dan pengalaman (empiri). Meski begitu intuisi masih di pengaruhi rasio dan empiri, sehingga tidak dapat diandalkan sebagai sumber pengetahuan universal. Sedangkan ilham merupakan sumber pengetahuan yang datangnya langsung dari Tuhan. Kebenarannya bersifat pasti dan absolut.

Tasawuf sebagai paradigma baru sains menempatkan ilham di atas rasio, empiri dan intuisi. Dengan kata lain mencari sains yang hakiki sebenarnya melalui penghayatan agama secara sungguh-sungguh. Dus, kombinasi sains dan tasawuf (berpikir dan berzikir) adalah manifestasi kombinasi rasio, empiri, intuisi dan ilham, yang akan melahirkan sains universal.

Pada galibnya, sains untuk mencapai hakekat alam semesta bukan dicapai dengan sains yang dipikirkan oleh otak, tetapi oleh sains yang muncul dari dalam batin. Singkatnya, cara mengenal alam semesta berikut hukum-hukumnya (sunnatulah) bukan dengan jalan penyelidikan akal pikiran semata-mata. Tapi juga dengan jalan menanyakannya dalam batin atau meneropong lewat mata batin.

Dengan cara itu maka akan tersingkaplah tabir rahasia alam semesta yang selama ini menyelimuti saintis. Manakala itu terjadi akan diketahuilah hakekat penciptaan alam semesta. Dalam kondisi ini akal pikiran tak berjalan lagi, tapi meningkat pada derajat yang paling tinggi, jauh di atas ukuran akal manusia.

Manfaat berpikir dan berzikir tercantum dalam Al Qur’an surat Ali ‘Imron (Q.S;3.190-191): “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi..”

Kelak bila kita mampu mengintegrasikan aktifitas pikir dan zikir, insya Allah akan lahir suatu sains baru yang bukan saja bersifat universal, melainkan juga sarat nilai-nilai spiritual.

AGUS SISWANTO